Well, this is FF who called ‘gaje’ and once again this is pure from my imagination, so if you don’t like it leave it, if you curious, read it and leave some comment :]

Title : Because of  Tattoo | Because of  Cake

Cast :

: Kwon Ji Yong :

: Kwon Hyeon Ji aka Jiyong’s Sister (OC) :

: Jee Hee (Chandri), Choi Seunghyun, Dong Young Bae :

Author : JiforG

Lenght : Series? maybe yes maybe no

<><><>

Deretan konsonan dan vocal itu masuk ketelinga melalui celah pintu yang terbuka sedikit. Tapi, sepuluh menit kemudian tidak ada lagi suara yang terdengar, yang ada hanya suara-suara gema langkah kaki. Seorang pria kurus bernama Kwon Jiyong bersiap keluar dari ruang studio tempat dimana biasa dia mangkal dan mengaransemen lagu ataupun sekedar menghilangkan suntuk.

 01.02 AM. Kini dia sudah sampai ke apertemennya. Di letakkannya kunci mobil di tempat gantungan biasa dia meletakkan kunci-kunci kemudian masuk ke ruang tamu. Gaho, anjing bulldog coklat menyambut kedatangannya dengan gembira. “Gaho-ah” sapa pria itu—berjongkok mengelus kepala anjing itu dengan lembut. “kau nonton? Ini sudah larut, kenapa tidak matikan tv?” Jiyong berdiri melangkah menuju tv yang menampilkan siaran luar negri. Saat hendak  mematikannya, sesosok tubuh yang terbaring di sofa hitam mengalihkan pandangannya.

Dia tersenyum tipis mendekati tubuh yang tertidur pulas di sofa “Tsk, kau menungguku” gumam pria itu. “lagi-lagi memakai bajuku”. Di ciumnya kepala gadis itu dengan lembut kemudian di angkatnya kedalam kamar lalu membaringkannya di tempat tidur. “good night rabbit~ah” bisiknya pelan lalu mematikan lampu kamar gadis itu dan menutup pintu. Di matikannya tv yang tadi sempat tertunda.  “Ahh~ aku lapar” dia bergumam sambil melangkah menuju dapur berharap masih ada cemilan di kulkas karena biasanya hyeon Ji—adiknya dan gaho pasti menghabiskan stok cemilan yang ada.

Pernah suatu kali hyeon Ji yang sedang kalap karena pr mtk nya susah dia ngamuk dengan memakan habis persediaan cemilan untuk seminggu. Menghabiskan sendiri? Tidak. Gadis itu membaginya dengan gaho sampa-sampai gaho me**** keesokan harinya. “heh? Apa ini?” jiyong terperangah mendapati sebuah cake berbentuk  monkey di dalam kulkas. Dia melirik gaho yang sedari tadi mengekorinya. “Rabbit yang membuatnya?” tanya jiyong pada gaho. Dan GUK..GUK… anjing itu menggonggong. Mungkin artinya: ia atau …entahla hanya dia dan Tuhan yang tahu. “Terlihat enak” katanya, lalu dia mulai mengambil sendok dan memakan cake itu dengan lahap. “Aku tidak menyangka dia pintar membuat cake” gumamnya di tengah mengunyah pada gaho. “kau mau?” tawar Jiyong , tapi anjing itu menyalak. “Yak! Jangan ribut! rabbit sedang tidur. Ini, hanya sepotong” jiyong memberikan sepotong cake pada tempat makan gaho. Tapi tidak seperti biasa, gaho menolak cake itu dan pergi meninggalkan jiyong dengan cakenya. “anjing aneh, di kasih cake bukannya dimakan. Mubazir tahu!” omelnya

Keesokan harinya,

Hujan deras di sertai angin melanda kota pagi ini dan tidak seperti biasanya, pagi-pagi sekitar jam 5 sudah terdengar gerasak gerusuk di kamar Jiyong padahal jam segitu dia masih memimpikan Dara di alam lain. “hooaamm~ morning gaho~, apa oppa yang menggeondongku ke kamar tadi malam?” tanya Hyeon Ji yang baru saja bangun dan mendapati gaho berbaring di karpet. “Tentu saja..mana mungkin dirimu” dia menjawabnya sendiri kemudian mengusap kepala gaho, “apa oppa memakan cake yang di kulkas semalam?” tanyanya lagi.

Tidak perlu menunggu gaho menjawab gadis itu sudah pergi memeriksa kulkas dan tepat seperti dugaannya cake yang di buatnya semalam tinggal setengah. Gadis itu tersenyum senang, “skak mat” gumamnya. Saat hendak kembali ke kamarnya Jiyong secara kebetulan keluar dan memanggilnya. “Rabbit~ah!” panggilnya dari depan pintu kamarnya. Dengan wajah polos, Hyeon Ji menghampiri Jiyong yang tengah memegangi perut sedangkan wajahnya tampak kesakitan. “Tumben pagi-pagi sudah bangun?” tanya Hyeon Ji sambil menggaruk-garuk kepalanya.

“Perutku sakit. Bisa ambilkan…” belum sempat Jiyong melanjutkan kalimatnya dia sudah kembali ke kamar mandi. Dan suara-suara indah pun terdengar dari luar. “YA! Oppa, apa oppa mau mengebom rumah pagi-pagi?” goda Hyeon Ji dari arah luar mencoba menahan tawa.

“cepat carikan ak…” prot…prot… lagi-lagi suaranya terputus oleh melodi indah

“Sudah ah~ aku ngantuk, aku ke kamar ya oppa!” seru hyeon ji lalu melenggang meninggalkan Jiyong di dalam kamar mandi bergumul menahan sakit perut.

<><><>

Flash Back :

Sepulang sekolah hyeon Ji meminjam majalah kue salah satu teman sekelasnya dan berencana membuatnya bersama teman sebangkunya, Jee Hee. “Jee Hee-ya, kau sibuk siang ini?” tanya gadis berambut kecoklatan itu ketika keduanya sedang menunggu bus.

“Ahni, waeyo?”

“mau membantuku membuat kue?” gadis itu menaikkan sebelah alisnya menunggu jawaban Jee Hee.  “Nanti aku kasih foto young bae oppa yang sexy deh~” Hyeon Ji tahu betul kalau di iming-imingi dengan foto young bae teman sebangkunya itu tidak bisa menolak.

“Kau selalu tahu kelemahanku” Jee Hee tersenyum senang. “memangnya membantu apa?” tanya Jee Hee berubah antusias.

“Membuat kue”

“Hah? kenapa gak beli aja sih?” komen gadis itu, “Oppa mu sedang terkena penyakit pelit?” tanya jee hee heran. “Aku tahu toko kue yang enak. Beberapa hari yang lalu aku di traktir Michan” akunya

“ahni” hyeon ji menggeleng. “Aku hanya sedang ingin membuat kue. Sudah lama aku tidak membuat kue semenjak pindah ke tempat oppa.  Sudahla, kita hanya perlu belanja bahan-bahan yang tertera di majalah ini. Kajja!” Hyeon Ji menarik tangan Jee Hee masuk kedalam bus yang baru saja berhenti di depan mereka. “Hey, hadiah-hadiah untuk Big Bang ketinggalan” Jee Hee kembali keluar mengambil satu kantong tas kertas yang berisi hadiah dari fans-fans Big Bang di sekolah mereka.

Pukul tiga lewat lima belas menit. Keduanya sedang berada di supermarket tepat di samping apertemen Hyeon Ji tinggal. “Itu..kita butuh tepung terigu” kata Hyeon Ji menunjuk tepung yang berada di atas rak kemudian kembali membaca majalah memastikan bahan-bahan apa saja yang mereka perlukan.

“coklat? Kita pasti butuh coklat” Jee Hee mengambil tiga coklat batangan kemudian memasukkannya kedalam keranjang. “kita juga butuh roti, keju, cream, coklat lagi dan mi ramen, dan hmm…” gadis itu tampak berpikir sejenak kira-kira jajanan apa lagi yang akan di masukkannya kedalam keranjang belanjaan.

“look, siapa yang semangat berbelanja untuk dirinya sendiri sekarang?” decak Hyeon Ji, “kau ini” dengusnya, membiarkan Jee Hee mengambili jajanan. “wait! Sepertinya kita butuh obat pencahar!” seru hyeon Ji tiba-tiba membuat Jee Hee menoleh bingung padanya.

“kau sedang susah bab?”

“ahni, ini untuk seseorang” Hyeon Ji tersenyum kecil

“siapa? Gaho?”

“mana mungkin dia butuh obat pencahar! Setiap hari dia selalu bab dan baunya setengah mati”

“lalu?”

“sudahla…carikan saja aku obat pencahar nanti. Dan itu…itu..apa namanya yang di samping itu?” Hyeon Ji memukul-mukul lengan Jee Hee mencoba mengingat benda yang tersusun rapi di balik lemari kaca pendingin, “kita butuh itu dua” katanya masih mencoba mengucapkan benda yang di tersusun rapi di balik lemari pendingin itu.

“itu susu pabo!” dengus Jee Hee melenggang mengambil dua kotak susu cair. “aku baru tahu kalau adik kwon Jiyong itu bodoh” ujar Jee Hee asal yang mendapat tatapan sinis dari Hyeon Ji. “sudahla ayo, semakin cepat kita membuat kue semakin baik” kata Jee Hee melangkah ke kasir.

Lima belas menit kemudian keduanya sudah berada di apertemen. “YA!, bukan itu yang dimasukkan tapi ini dulu” komentar Jee Hee kemudian memukul kepala Hyeon Ji dengan majalah yang sudah di gulungnya, sedangkan Hyeon Ji hanya bisa cemberut. “nah begitu..” gadis berambut lurus itu tersenyum melihat temannya sudah pintar. “Yakin mau mencampur obat pencahar ini kedalam kue?” Jee Hee memastikan keisengan temannya itu sambil duduk santai di sebelah gadis itu dengan memainkan sebotol obat pencahar yang sudah terbuka. Sambil mengelus kepala gaho dengan kakinya, “gaho, kau tidak boleh makan kue itu ya, itu isinya racun!” ujar Jee Hee pada gaho yang tepat berada di bawah kakinya—duduk manis memperhatikan dua makhluk Tuhan yang sedang bereksperimen.

“siapa suruh dia tidak mengizinkanku membuat tattoo? Lagi, kita akan mencampur sedikit kok” kata Hyeon Ji tapi, tiba-tiba…byuuurr…seluruh isi pencahar itu tertuang begitu saja kedalam adonan. “YAK! Apa yang kau lakukan?!” pekik Hyeon Ji kaget.

Cepat-cepat  Jee Hee menutup botol itu “Omo..omo…ottoke? aku tidak sengaja, tadi aku hanya memainkannya” sesalnya “mianhe”

Hyeon Ji menarik napas pendek, “huuft..sudahla biarkan saja. Sudah terlanjur.” Kemudian kembali melanjutkan adonannya.

Flasback END.

___________

07.00 AM

“Oppa tidak ke YG hari ini?” tanya Hyeon Ji tengah  memakai sepatu.

“ah~ni..” jawab Jiyong lemas berbaring telungkup di sofa.

“perut oppa masih sakit?”

“n..ee~” jawabnya lesu. “Jangan lupa pakai payung, di luar sedang hujan” Jiyong mengingatkan.

“Shiro, yang ada nanti payungnya ketinggalan di kelas.…lagian aku pakai jacket kok”

“ia, jacketku kan” cibir Jiyong

“Cih, inikan hanya segelintir dari koleksi jacket oppa, jangan pelit pada adik sendiri dong”

“Aku bukannya pelit rabbit-ah! Tapi di luar sana itu hujan deras, jacket tidak akan cukup melindungimu. Dan lagi, menurut ramalan cuaca hari ini akan hujan seharian” ujar Jiyong berusaha menasihati adiknya itu. Tapi bukannya di dengar Hyeon Ji malah mengoceh mengikuti gaya bicara oppanya “kalau kau sakit aku tidak mau mengurusmu!” pekik Jiyong. Jiyong tahu betul sedari kecil kondisi fisik Hyeon Ji sangat lemah tapi biarpun begitu gadis itu sangatlah keras kepala dan susah di beri tahu.

“whatever! aku pergi!” pamit Hyeon Ji

—–

“Pagi..!!!” tegur Jee Hee begitu melihat Hyeon Ji masuk kedalam kelas—berjalan kearahnya. “Bajumu basah. Tidak bawa payung?”

“Malas. Hanya basah sedikit kok” gadis itu menepuk-nepuk roknya dan membuka jacketnya. “Nanti juga kering sendiri” katanya cuek menggantungkan jacketnya di sandaran kursi.

Bagaimana? Apa obat itu berhasil?” tanya Jee Hee semangat. “aku harap oppamu tidak masuk rumah sakit” tambahnya. Kini air mukanya sedikit berubah.

“rumah sakit?” mata  Hyeon Ji membulat—duduk di samping Jee Hee, “apa bisa begitu?”

“tentu saja bisa. Apa lagi kemarin itu, kita menghabiskan satu botol. Ya…jauhkan wajahmu dariku” jee hee mendorong wajah Hyeon Ji menjauh dari wajahnya.

“ottoke..ottoke..” hyeon ji menggigit jarinya. “aah~ mana mungkin oppa masuk rumah sakit. Itu tidak mungkin” dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Walau terbersit di hatinya kecemasan. Tapi dia mengalihkannya. “Ini, foto Young bae oppa yang TERBARU! Aku memintanya khusus untukmu. Dia baru mengirimnya pagi ini.” Hyeon Ji menyodorkan iphonenya pada Jee Hee yang langsung di rebut extreme oleh teman sebangkunya itu

“omo..omo…hyeon ji-ya, kenapa dia manis sekali????Aku kirim ya..” Jee Hee histeris sendiri sedangkan Hyeon Ji mulai memikirkan kata-kata Jee Hee. “rumah sakit?” batinnya.

<><><>

 11.50 AM

“Mau pesan apa?” tanya Jee Hee. Keduanya duduk berhadapan di salah satu meja kosong di sudut kantin mencari tempat aman dari fans-fans Big Bang. Karena akan ada saja yang menitipkan barang-barang kepada Hyeon Ji setiap kali dia ke kantin. “aku harap tidak ada yang melihat kita” bisik Hyeon Ji pada Jee Hee yang sesekali melihat kesekeliling dengan tatapan was-was.

“sudah takdir menjadi adik artis terkenal” kata temannya itu santai, “mau pesan apa ni jadinya?” tanya Jee Hee lagi yang kini sudah siap untuk pergi memesan. Hyeon Ji mencoba menyipitkan matanya mencoba melihat menu dari kejahuan. “Ng..aku pesan menu yang seperti biasa aja deh” katanya akhirnya “gak pake lama ya” dia nyengir.

Sementara Jee Hee pergi memesan makan siang mereka ponsel hyeon ji bergetar, “Seunghyun oppa?” gumamnya sedikit terperanjat mendapat telpon dari idolanya itu. Well yeah tidak di pungkiri Seunghyun adalah idola Hyeon Ji dan dia pernah berpikir untuk menikah dengan teman oppanya itu suatu saat nanti. “Nee oppa” jawabnya “di sekolah, waeyo?…..mwo? rumah sakit?” Hyeon Ji tidak bisa menyembunyikan shocknya. Cepat-cepat dia pergi ketempat sepi menghindar dari berisiknya suasana kantin. “nee…oppa…nee…khamsahamida..” dan KLIK ponsel itu mati.

“Hyeon Ji ya!” panggil Jee Hee tapi gadis itu tidak menyahut. Di hampirinya hyeon ji dan menepuk bahunya namun dia tidak bergeming, “Hei! Makananmu sudah data..ada apa? Kenapa wajahmu seperti itu?” tanya Jee Hee heran. “siapa yang menelpon?” kini tatapannya beralih pada ponsel yang di genggam Hyeon Ji

“Seunghyun oppa”

“Tumben sekali, apa katanya?”

“Katanya Jiyong oppa masuk rumah sakit..” kini air mata sudah terjun bebas. Gadis itu benar-benar merasa bersalah sekarang. “aku mau melihat oppa” isaknya

“tapi kitakan masih di sekolah. Nanti saja kita jenguk sepulang sekolah, bagaimana?Lagian di luar masih hujan” Jee Hee mencoba menenangkan, tapi Hyeon Ji menolak. “Aku akan meminta izin dengan wali kelas. Jee Hee~ah tolong bayarkan makan siangku, besok ku ganti. Anyeong!” pamit Hyeon Ji buru-buru meninggalkan Jee Hee.

<><><><>

12.45 PM

AT HOSPITAL

Dengan seragamnya yang lembab dia menapaki lantai rumah sakit mencari-cari kamar dimana Jiyong di tempatkan. Rasa takut dan bersalah berkecamuk dalam hatinya. Bagaimana tidak, akibat keisengannya dia membuat saudara kandungnya sendiri masuk rumah sakit. “Oppa!” panggilnya begitu melihat seorang laki-laki bertopi berdiri di depan pintu VVIP. Gadis itu berlari-lari kecil menghampiri Young bae. “Gimana kondisi oppa?” tanyanya gadis itu langsung.

“Tenanglah, dia sudah baik-baik saja” Young Bae merangkul gadis itu masuk. Di balik pintu itu, Jiyong terbaring dengan infuse di tangannya. Wajahnya terlihat lemas. Dan wajah itu yang akan selamanya di ingat Hyeon Ji. “oppa” isak hyeon ji begitu melihat Jiyong terbaring lemas di tempatnya. “mianhe…” isaknya membenamkan wajahnya pada tangan Jiyong.

“Hyeon Ji-ya jiyong belum mati, dia hanya kehabisan cairan tubuh. Tidak perlu meminta maaf segala” celetuk Seunghyun yang ternyata sedang menonton tv di salah satu sofa ruangan itu. Tapi toh suara itu tidak di dengar Hyeon Ji, dia terus menangis hingga Jiyong tersadar. “Rabbit? Sedang apa disini?” tanya suara cempreng itu masih dengan nada lemas—bingung melihat adiknya sambil memegangi tangannya.

“Oppa? Gwenchanayo?” cepat-cepat dia memeriksa keadaan Jiyong, “jeongmal mianheyo oppa. Ini semua salahku” akunya dengan wajah tertunduk, “Aku janji tidak akan melakukan itu lagi padamu” Mendengar itu semua, Young bae, Seunghyun bahkan Jiyong menatap bingung kearah Hyeon Ji.

“Memangnya apa yang kau lakukan dengan Jiyong ku?” suara Seunghyun terdengar besar dengan nada penasaran yang diikuti tatapan bingung oleh Young Bae dan Jiyong. Ketiga pria itu menanti pengakuan Hyeon Ji dengan diam.

“sebenarnya…” gadis itu menggantung kalimatnya.

“sebenarnya apa?” Jiyong masih menunggu lanjutan kalimatnya

“sebenarnya..”

“ia..sebenarnya apa?” Seunghyun mulai tidak sabaran

“sebenarnya…sebenarnya…aku mencampur obat pencahar kedalam kue yang oppa makan tadi malam”

“MWO??!!!” Pekik Seunghyun shock. Sedangkan Jiyong? Pria itu hanya tersenyum kecil lalu mengacak pelan rambut Hyeon Ji yang basah.

“Untung Jiyong tidak apa-apa!” Seunghyun ber acting marah. “Aku tidak menyangka gadis polos sepertimu tega berbuat begitu pada Oppa kandungmu”

“Ya, Hyung..” tegur Young bae

“Jangan manjakan dia young bae! Aku tahu kau sayang padanya  tapi kalau di biarkan dia akan semakin menjadi-jadi!” Acting Seunghyun semakin menjadi-jadi membuat Hyeon Ji merasa terpojok hingga air matanya tidak bisa di hentikannya.

“Sudahla, yang penting dia sudah mengaku” Jiyong mencoba menengahi sambil mengelus rambut Hyeon Ji dari tempatnya terbaring. “gwenchana rabbit~ah” gumam Jiyong

“Aisshh!!” decak Seunghyun cemberut. “Kekekeke…mianhe Hyeon Ji-ya aku hanya bercanda” batin Seunghyun. Dia mencoba menahan tawanya sedari tadi melihat Hyeon Ji yang sudah menangis. “Untung saja Jiyong tidak kenapa-kenapa” tambah Seunghyun  “Dan lagi, untungnya kami sedang tidak ada jadwal manggung ataupun latihan” Mendengar kata terakhir itu membuat Hyeon Ji sesak dan benar-benar merasa bersalah. Dia tahu perbuatannya salah tapi…dimarahi oleh Seunghyun, benar-benar membuatnya tidak tahan. Perlahan gadis itu bangkit berdiri—menatap kearah Seunghyun. “Nee! Oppa benar! Aku memang salah..” dia membenarkan semua tuduhan pria tinggi itu dengan suara bergetar.

“Rabbit~ah” Jiyong yang semula berbaring mencoba duduk, mencoba menenangkan adiknya.

“Nee! Aku memang bukan adik yang baik. Bagaimana mungkin aku bisa melakukan hal bodoh pada saudara kandungku sendiri” tatapan hyeon ji berubah sendu dan penuh sesal. Jiyong bisa merasakannya. “Semua yang di katakan Seunghyun oppa benar.” Katanya membenarkan ucapan Seunghyun  lalu meninggalkan ruangan itu dengan air mata berlinang.

Begitu Hyeon Ji keluar giliran Seunghyun yang di landa panik, “Ottoke?ottoke?!” pria tinggi itu tiba-tiba meremas rambutnya sendiri (?) “Jiyong, mianhe” sesalnya. “Aku tidak bermaksud memarahinya..a..k..u hanya bercanda”

“tapi candaan Hyung sudah keterlaluan!” kata Young Bae dingin.

“Jangan minta maaf padaku hyung” kata Jiyong lalu kembali berbaring memunggungi Seunghyun. “Kalau terjadi apa-apa dengan Hyeon Ji, hyung tahukan akibatnya” nada Jiyong sedikit mengancam. “Tubuhnya lemah, sebaiknya hyung menyusul dan meminta maaf padanya” tambahnya lagi.

“Young bae, aku pinjam topimu” rebut Seunghyun dari kepala young bae dan segera keluar kamar menyusul Hyeon Ji.

_______

 Hyeon Ji POV

“Hyeon Ji, apa yang kau lakukan?” sebuah suara mengagetkanku, aku menoleh dan mendapati Seunghyun oppa tidak jauh dari tempat aku berdiri. “Jangan bodoh! Ayo kita masuk, bajumu sudah basah” sahutnya lagi, tapi aku tidak menjawab aku hanya menatapnya tajam kemudian berlari menjauh darinya.

“YAK!Hyeon Ji Kau mau kemana?” aku tahu Seunghyun oppa mulai mengejarku, tapi aku tidak peduli hingga dia menarik lenganku dengan kuat  membuat tubuhku berbalik menghadapnya. “Kau mau kemana?! Kau bisa sakit kalau begini!!” suaranya meninggi

“Apa peduli oppa?! Aku ini hanya adik yang jahat” aku kembali meneriakinya.

“Jangan bodoh! Tadi aku hanya bercanda” suara kami hampir tenggelam oleh derasnya hujan. Mwo? Bercanda? Apa-apaan dia ini?!

“Sudahla, biarkan saja aku sendiri! Semua orang pasti membenciku!” aku melepaskan cengkramannya tapi dia kembali menarik paksa. “Jangan seperti anak-anak!” dia berteriak.

“Sudahla oppa, jangan mengasihaniku. Sebaiknya oppa masuk saja kedalam!” hujan semakin deras dan suaraku hampir di kalahkan olehnya. Aku mencoba berlari lagi tapi kali ini lenganku di cengkram kuat oleh Seunghyun oppa. “Mianhe” Aku tercekat dengan apa yang baru ku dengar. Untuk pertama kalinya aku melihat wajah Seunghyun oppa sedekat ini. Wajahnya basah dan menatap lurus kedalam mataku. “Tadi aku hanya bercanda. Aku tidak mungkin mengatakan hal kejam seperti itu padamu”

“……………”

“sekarang sebaiknya kita pulang sebelum orang-orang mulai mengenaliku. Arraci?” suaranya berubah lembut. Kakiku seolah terhipnotis dan mengikutinya begitu saja dengan tangannya yang menggenggam erat tanganku. “Aku tidak mungkin berkata kejam, itu hanya sebuah candaan” katanya lagi. Dengan cepat aku mengangkat kepalaku dan melotot kearahnya.  Apa-apaan dia!

Dia berhenti tiba-tiba membuatku yang berjalan di belakangnya menabrak punggungnya. Dia kembali menoleh kemudian,  “Aku berbuat begitu…karena..”

“karena apa?” jawabku ketus

“Karena aku…”

“Hey! Kalian, akhirnya kembali juga” tiba-tiba entah dari mana Young Bae oppa berjalan kearah kami

“karena apa?” tanyaku kembali menoleh pada Seunghyun oppa.

Dia tersenyum, kemudian mengacak rambutku yang basah total. “sekarang belum saatnya. Nanti saja” katanya. “Kajja, oppamu pasti cemas”

<><>

<><>

tobeco ??? let me see :]

kaget ada nama Michan? ->kims

rencananya saya akan masukin semua author di Big Bang Fanfiction sebagai cast…and i hope i can do that =_=

So like usual leave some comment :]