=====>

“Omong kosong apa lagi yang kali ini kau leluconkan, hah? Ini tidak lucu!! Kau dengar, INI TIDAK LUCU!!”
Luapan amarah terdengar jelas dalam nada bicara Taeyang, pria itu sudah merasa agak emosional ketika gadis di seberang telepon baru menghubunginya lagi, siang ini.

Setahunya kali terakhir mereka saling bertegur sapa adalah tiga minggu lewat. Meski pada saat itu ia bersikap dingin dan merasa sangat terganggu oleh berbagai ocehan Jee Hee.
Namun, biar bagaimanapun ia juga tidak menginginkan hal semacam ini terjadi. Tanpa kabar kemudian secara tiba-tiba menyampaikan suatu ‘lelucon’ buruk, bagi Taeyang.

Untuk sejenak, ia bungkam. Seraya meredam emosi Taeyang menyimak tiap patah kata lawan bicaranya.

“Mianhae, aku tidak bermaksud membentakmu. Tapi, ini terlalu… Yoboaseo? Yoboaseo?”
Rahangnya mengeras seketika, saat telepon terputus — ucapannya saja belum usai.

Bahkan kata-kata pamungkas yang biasa gadis itu lontarkan sebelum menutup telepon tak lagi menyapa telinganya. Sayang.
Egoiskah Taeyang ingin mendengarnya hari ini?
Sementara dikesempatan lain ia jelas-jelas menganggap bahwa kata ‘sayang’ tersebut terdengar sangat menjijikan.

Kata Jee Hee tadi, semuanya sudah terlambat. Dia ingin pulang ke negeri asal sekarang juga.
Agaknya dia hendak mengibarkan bendera putih, tanda menyerah dalam menghadapi sikap Taeyang yang terkadang membuatnya jengah dan putus asa. Ayolah, gadis mana yang tahan jika kehadirannya selalu dianggap bagai angin lalu? Mungkin ada — salah satunya Jee Hee, dahulunya.
Tapi, bukankah gadis itu sudah tahu sejak awal tentang risiko itu dan bertekad untuk pantang menyerah? Lalu kini, kenapa dia menyerah begitu saja? Hah, entahlah bagaimana jalan pikiran gadis itu.

Tunggu, kata terlambat baru mengandung arti yang sebenarnya bila Taeyang tidak pernah mencoba memperbaikinya sekarang, iya kan?

Maka, di detik berikutnya Taeyang segera beranjak dengan langkah lebar-lebar menuju pelataran parkir. Mengenyampingkan sejenak lusinan pekerjaan di atas meja kerja. Di pikirannya saat ini hanya bandara.

=====>

Ia mulai bermanuver di antara keramaian bandara Incheon ke arah terminal keberangkatan. Matanya liar mencari sosok Jee Hee. Ia tahu persis menemukannya sangat mudah karena gadis itu selalu memakai mantel hitam kemanapun dia pergi, semoga saja benar.

Yah, mantel itu adalah pemberiannya dua tahun lalu. Ketika Jee Hee terus merengek, minta dibelikan sesuatu yang bisa mengingatkan gadis itu pada Taeyang.
Harus diakui, ia mengambil asal hadiah di sebuah toko. Lalu langsung membayarnya. Tanpa menanyakan terlebih dahalu, apakah Jee Hee menyukainya atau tidak.
Namanya juga hadiah. Jadi, apa gunanya bertanya?
Pikir Taeyang kala itu.

Jee Hee sempat bertanya-tanya kepada Taeyang setelah menerima mantel hitam tersebut.

Kenapa mantel di cuaca panas menyengat? Kenapa harus bewarna hitam? Apa ini merupakan ungkapan dari suasana hatimu yang mendadak menjadi panas dan kelam karena terjebak dalam perjodohan konyol bersama gadis aneh sepertiku?

Mungkin benar. Tapi, ia tidak berpikir demikian kala membeli mantel murahan itu.

Jangan berpikir begitu! Aku memberikanmu mantel ini karena kau pernah bilang hanya aku, pria yang berhak menghangatkan hatimu sama seperti mantel ini yang akan selalu menghangatkanmu. Dan kau tahu, saat bersama ataupun tidak bersamaku tetap hanya akulah satu-satunya warna dalam hari-harimu. Baik cerah dan sudah sepatutnya selalu cerah!
Walau pada kenyataannya cuma warna abu-abu yang Jee Hee terima darinya.

Dan betapa bodohnya Jee Hee menggantung angan terlalu tinggi hingga tak peduli bagaimanapun cuaca si mantel hitam tak pernah absen di tubuhnya. Berharap suatu saat nanti Taeyang menyadari bahwa ia sangat berharap kalimat penuh dusta itu benar-benar terjadi. Bukan sekadar ucapan bersifat penenang. Bodoh, kan?

Ekor mata sipitnya, menangkap sosok Jee Hee yang sepertinya sudah mau beranjak pergi dari ruang tunggu.
Tidak. Ini tidak boleh terjadi.
Taeyang terus berusaha mengejar Jee Hee namun baru beberapa langkah ia telah dicegat petugas. Tak ada cara pintar lain kecuali berteriak.

“Jee Hee-ya gajima!”
Teriaknya, berusaha menerobos petugas bertubuh kekar di hadapannya.

“Jee Hee-ya, bukankah kau adalah si gadis pantang menyerah? Kau juga mengatakan kalau aku memikirkanmu walau cuma sekali, cepat atau lambat kau pasti datang. Baiklah aku akan memikirkanmu setiap waktu! Kau pasti kembali, iya kan? Kumohon tatap aku!”

Seolah tak mendengar raungannya Jee Hee terus melangkah dengan mantap. Jangankan menoleh berhentipun, dia enggan.

Berulang kali ia terjungkal akibat didorong kasar, terakhir ia diangkat layaknya anak kecil oleh dua pria bertubuh kekar karena dianggap mengganggu kenyamanan calon penumpang lain.

“Ajusshi, dia itu adalah istriku!! Dia bermaksud menelantarkan suami beserta anak-anaknya, tak bisakah kalian memahami posisiku?”

Suami?Menggelikan racauannya barusan. Ia berpikir harus menebar kebohongan apapun agar ia bisa mengejar Jee Hee.
Bukannya mendapatkan kehendaknya Taeyang malah diempaskan ke lantai.

“Aaaaaaawww….”
Erang Taeyang kesakitan sambil mengelus kepalanya.

“Sialan kalian!!”

“Taeyang, gwenchana??”

Sontak Taeyang menoleh ke sumber suara, mengucek-ucek matanya.

“Apakah aku telah mengganggu tidurmu lagi, pagi ini?”

Pikirannya masih mengawang jauh.
Apakah tadi ia tidur lalu bermimpi aneh? Atau jangan-jangan ia menginginkan dirinya tengah bermimpi?

Mendengar suara ringan untuk ke dua kalinya, meyakinkan Taeyang bahwa kejadian tadi memang mimpi semata.

“Jee Hee-ya kau tidak sedang ingin menyerah, kan?”

“Apa aku terlihat mau menyerah?”

“Berjanjilah kau tidak akan meninggalkanku!!”

“Taeyang, apa terjatuh dari ranjang bisa membuatmu gegar otak? Tak biasanya kau seperti ini!?”
Ragu-ragu gadis itu mendekati Taeyang. Takut dirinya didepak keluar ketika mendekat.

“Kumohon berjanjilah!!”

“Katakan ‘YA’…”

“Kalau pun aku pergi, aku pasti kembali! Karena bagiku kau adalah satu-satunya rumah tempatku untuk pulang, benar kan?”
.
.
.
.
.
.
– Udahan Dulu Yaw –

Nista kali, FF ini ._.v (Khayalan yang terlalu sesat) :p

okeh, semua tahu, kan kalau hari ini ultahnya si jambul sekseh Taeyang?

yang gak tahu itu mah urusan situ wkekeke….

udah pada liatkan betapa banyak hadiah yan dia siapin buat sang istri

(bingungkan, kok cuma 2, yang lain mana? yang lain mah masih di toko bangunan, belum dilunasi)

pasti juga bertanya-tanya si Taeyang ultah kok saia yang imut nan memesona seperti meow di bawah ini yang dapat hadiah?

alasannya cuma 1 yaitu karena bentar lagi dia bakalan ketemu sama saia,

jadi jangan iri okeh!!!!

wkekekeke……..

tapi, di sisi lain dia juga bingung, galau, gundah gulana, aaaaaaaaaaa….. degdegan geeeelaaaaaa…

karena kuatir sang istri gak datang gegara pesawat sukhoi terjun bebas (apa hubungannya?)

Tae : gak ada, tapi intinya tanpa author aku galaaauuuu T^T

sang istripun udah mewek duluan ampe badannya jadi kisut kayak bayi,,

intinya kami berdua galau, takut gak bisa ngangon boss bersama nanti…

padahal, kan pasti romantis bangeuttttt… habis konser kami duuk berdua di pengkolan sambil merajut asmara

dan juga merencanakan, kapan kita MENCETAK (?)


maka dari itu, adakah yang mau melempar saia pake koin ratusan???