Title : Especially Her
Author : HelloWorld
Main Cast :
• Choi Seung Hyun
• Song Hye Rin (author’s imagination)
• Kwon Ji Yong
Support Cast :
• Bigbang
• Main Cast’s Family
• Se7en
Genre : Romance, Hurt, Complicated ?
Length : Chaptered

POV : Author
———BLUE——-
SONG HYE RIN

Beberapa minggu kemudian
Waktu berjalan begitu saja. Tak terasa hubungan Hye Rin dan Ji Yong semakin dekat, tanpa sepengetahuan media manapun. Hanya member Bigbang, dan tentu saja senior mereka, Se7en. Hye Rin sendiri tak berminat membuka mulut.
Ah, tidak. Jikapun dia memberitahu seseorang kalau dirinya sering bertemu dengan G Dragon dan memiliki nomor handphone leader Bigbang itu, siapapun orangnya pasti tak akan mempercayai Hye Rin. Terlalu mustahil.
“Oppa!”
Lambaian Hye Rin ditangkap mata Ji Yong dengan baik. Sepulang bekerja, Hye Rin langsung mampir ke tempat ini. Asrama Bigbang, tempat paling aman bagi mereka berdua untuk sekedar saling bercengkrama.
“Bagaimana harimu?” tanya Ji Yong masih dengan bibir mengembang.
“Baik. Oppa sendiri? Bagaimana penampilanmu di Music Bank kemarin?”
Ji Yong mengirnyit, “Harusnya aku yang bertanya padamu…”
“Mian, Oppa. Kemarin aku melembur di rumah sakit, jadi tak bisa melihatmu di televisi…” kata Hye Rin sekarang memonyong-monyongkan mulut, lagi-lagi berhasil membuat Ji Yong tersenyum.
“Masih seperti biasa” jawabnya ringan.
Ya. Seperti biasa, selalu sempurna.
“Hmm, sepi sekali. Dimana yang lain?” tanyanya seperti sudah sangat mengenal orang-orang disekitar sini.
“Daesung dan Taeyang pemotretan CF Jeju Air, mereka menginap disana untuk beberapa hari. Seungri menyanggupi permintaan YG Sajangnim untuk rekaman video Dance Practice bersama kawan-kawan dancer lain”
Tentu saja, ada satu manusia yang Hye Rin ingin sekali mendengar kabarnya.
Ji Yong dapat menerka raut penasaran Hye Rin, lalu meneruskan bicaranya. “Hyeong Seung Hyun ada di dalam. Dia sedang menulis lirik”
“Menulis lirik?”
“Ya, tentu saja” Ji Yong melipat tangan dan mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Hye Rin. Hanya berjarak lima-belasan senti. “Kami berdua yang merancang lagu di album special edition nanti”
Hye Rin tak merasa gugup sama sekali. “benarkah? Seperti apa itu nanti?”
Tarikan sudut bibir Ji Yong makin melebar, “Kau banyak bertanya, jangan-jangan kau ini wartawan ya?” Ji Yong tertawa kecil. “Kau bisa mengetahuinya nanti”
“Kenapa Oppa tidak membuat bersamanya? Dia merancang lirik itu, sendiri?” tanya Hye Rin. Dalam pikir ia bertanya-tanya, ternyata Choi Seung Hyun juga bisa membuat lagu, ya? Hye Rin tak pernah memikirkan hal itu sebelumnya. Diam-diam, hatinya berbunga-bunga.
“Tentu saja. Terkadang aku juga membantunya. Dia adalah penulis lirik profesional. Bahkan dia rela melembur berhari-hari hanya untuk menyelesaikannya tepat waktu”
“Lalu Oppa?”
“Aku merancang musik”
Tiba-tiba percakapan mereka terpotong oleh dering getar handphone Ji Yong. Buru-buru Ji Yong mengangkatnya, lalu berkata lirih, “YG Sajangnim”.
Sambil menunggu Ji Yong, Hye Rin berdiri dan mulai berputar-putar di daerah sekitar sini.
Asrama Bigbang, seperti apa ya? Penasaran, Hye Rin clingak-clinguk menengok ke dalam ruang asrama. Gedung aparte ini cukup bagus, setiap yang tinggal disini pasti perabotannya mewah dan terawat baik. Tetapi ketika Hye Rin mendekat, ia tak akan pernah menjamin hal-hal seperti itu pada asrama Bigbang. Cuaca di luar masih sangat cerah, anehnya semakin dilihat ke dalam aparte asrama Bigbang semakin gelap. Tempatnya tak tertata, berserakan. Lantainya dipenuhi sampah kertas yang telah teremas-remas.
Hye Rin mencari tombol lampu, dan betapa kagetnya dia ketika menemukan Choi Seung Hyun dengan keadaan kacau duduk menghadap sebuah meja dengan penerangan yang redup.
Tubuhnya dibungkus dengan Hoodie lengan panjang yang tampaknya sangat tebal. Kata Ji Yong Oppa dia sedang menulis lirik, tapi kenapa sedari tadi ia hanya memegangi kepala saja? Atau memang sedang mencari inspirasi?
Song Hye Rin mendekat. Hampir Hye Rin menepuk pundak lelaki itu, lelaki itu sudah buka mulut duluan.
“Ji Yong, ambilkan obat sakit kepala di laci…” katanya. Walau wajahnya tertutupi dengan Hoodie, bisa ditebak dari konteks kalimatnya, Hye Rin yakin kalau lelaki itu kini sedang mengerang kecil karena sakit kepala.
Oh, jadi dia kira yang datang ini Ji Yong Oppa?
Ia terkikik. Beberapa detik kemudian sudah meluncur, menelusuri seisi ruangan untuk mencari laci yang dimaksud Seung Hyun. Sepertinya laci yang berada di ujung ruangan? Disana terdapat kotak kecil yang berisi macam obat-obatan. Hye Rin membacanya satu per satu. Tidak sulit bagi seorang suster untuk mencari jenis obat yang sesuai dengan penyakitnya.
Diletakkannya obat itu di sisi meja tempat siku Seung Hyun bertumpu.
*
CHOI SEUNG HYUN

“Goma—”
Ketika tangan kiri Hyun ingin mengambil obat itu, tak sengaja ia malah meraih jemari yang terasa mungil dan mulus. Tentu saja itu bukan jemari Ji Yong. Menyadari itu Seung Hyun mendongak, mendapati Hye Rin sedang berdiri tepat di depan matanya dengan ekspresi polos.
“Rin? Kenapa…” Seung Hyun membelalakkan matanya, sesekali berkedip. Sulit sekali mempercayai bahwa gadis itu sedang berada di sini, telah membawakan obat untuknya setelah hampir sebulan tak pernah bertemu. Ini mimpi? Cepat-cepat ia melepaskan tangannya dari Hye Rin.
Baru saja gadis itu akan membuka mulut, Ji Yong datang dari balik punggungnya. “Ah, Hye Rin. Disini kau rupanya”
Sakit kepala Hyun serasa bertambah parah dengan kehadiran mereka berdua. Belum cukup sakitkah hati Seung Hyun mengetahui Hye Rin menyukai Ji Yong hingga harus menyaksikan mereka berdua bersiap untuk kencan?
“Oppa, ada apa?” Hye Rin membalik tubuhnya dan segera menatap wajah Ji Yong lekat-lekat, menerka ada hal yang serius.
“Tidak begitu penting” jawab Ji Yong tenang. Seperti biasa, dia selalu bersikap seperti itu jika berdekatan dengan gadis se-istimewa Hye Rin.
Sekarang Seung Hyun ter-kacangi. Ia hanya bisa melihat mereka mengobrol berdua, tepat dihadapannya, tanpa menyadari keberadaannya. Dalam hati ia menguatkan. Sebelum ini Seung Hyun sudah membuat kesepakatan pada dirinya sendiri untuk merelakan suster penyelamat jiwa ini pada Ji Yong Dongsaeng. Walau sulit, ia akan mencoba.
Seung Hyun beranjak dari bangkunya yang terasa gerah. Melangkah sejauh mungkin dari mereka yang asik dengan dunia mereka sendiri. Ini akan terdengar lucu. Aku cemburu?
Baik. Sekarang lihat apa saja yang ada pada dirimu, Top. Bandingkan dengan Ji Yong.
Tentu saja jauh. Ji Yong adalah seorang Perfectionist muda yang bertampang manis dan ceria. Selalu digandrungi fans wanita. Tentu mudah baginya untuk menggaet gadis idamannya, tapi sayang, dia mudah sekali jatuh cinta.
Sedangkan Seung Hyun? Keahliannya hanya menulis lagu. Selain itu apa? Otaknya, tak secemerlang Ji Yong, apalagi Daesung. Mungkin wajah? Keren sih, tapi banyak orang berkomentar bahwa wajah dan tatapan Seung Hyun itu horor.
Apa mungkin karena itu? Aku tampak jahat menurutnya?
Seung Hyun mengingat-ingat kejadian ketika jumpa fans, ketika Hye Rin menatap matanya lekat-lekat. Tatapan yang membuatnya salah tingkah waktu itu. Jika benar tipe Hye Rin adalah seorang cute seperti Ji Yong, pasti Hye Rin menganggap mata sejenis Seung Hyun ini mengerikan.
Tentu saja, mata Ji Yong begitu jernih, penuh dengan keceriaan. Ditambah lagi senyumnya yang meluluhkan hati.
Seung Hyun bersandar di tiang beton beranda asrama, menatap lagit yang dipenuhi awan kelabu. Angin sepoi menyejukkannya. Sampai beberapa menit setelah lamunan panjangnya buyar, seseorang datang mengeja namanya “Choi-Seung-Hyun”
Perasaan senang dan kecewa seketika menelusup kedalam hati. Seseorang itu adalah Hye Rin. Senang, karena baru kali ini—seingat Seung Hyun—namanya benar-benar dipanggil oleh gadis yang lebih muda 4 tahun darinya satu ini. Kecewa, karena ia rasa ini bukan saat yang tepat bagi gadis ini untuk sekedar menyapa ataupun mengeja namanya. Raut manis gadis ini mengingatkan Hyun pada opini ‘Song Hye Rin menyukai Kwon Ji Yong’.
Bukan, itu bukan opini. Itu fakta.
“Apa yang kau lakukan?” tanyanya dengan intonasi yang sedikit berbeda.
“Amugeotdo ani,” Seung Hyun masih menatap lurus kedepan, menghindar.
“Bagaimana dengan agenda minggu ini?”
“Hanya menulis lagu”
Percakapan yang membosankan, itu yang mereka rasakan sekarang. Seung Hyun sendiri tak tau kenapa jawaban yang keluar dari mulutnya untuk seorang gadis selalu sesingkat itu. Yang jelas, yang ada di pikirannya sekarang adalah takut jika Hye Rin tidak nyaman bersanding dan mengobrol bersamanya.
Hyun memberanikan diri untuk menoleh dan memandang muka He Rin, walau sekilas saja. Dia tampak muram, gelisah memikirkan sesuatu. Ingin sekali Seung Hyun mengatakan ‘apa yang kau pikirkan’ atau ‘kau tampak gelisah, berceritalah padaku’.
Tetapi batal. Lagi-lagi karena Ji Yong.
“Hye Rin, kajja!”
Raut Hye Rin otomatis cerah, seperti sudah terprogram. Dimana ada Ji Yong, pasti di situ ada senyum Hye Rin. “Jamkanmannyo, Oppa!”
Dia pergi, tanpa menoleh sedikitpun pada Seung Hyun. Angin semilir meniup rambut panjangnya. Lambaian rambutnya yang begitu lembut seakan menghalau Seung Hyun untuk memanggil Hye Rin kembali ke sandingnya.
Begitu menyedihkan
*
KWON JI YONG

“Oppa, memang sudah berapa lama Top menyelesaikan liriknya?”
“Mungkin, sekitar tiga malam…”
“Ya Tuhan! Dia sudah tidak tidur tiga malam?”
Perhatian Ji Yong tersita. Hye Rin mengkhawatirkan keadaan Seung Hyun Hyeong. “Itu sudah menjadi kebiasaan kami ketika menggarap album”
“Hmm…” Hye Rin tampak mengangguk-angguk paham.
Tiba-tiba suatu pemikiran menelusup ke angan Ji Yong. Mungkin ini adalah kemungkinan terburuk : ketika suatu saat Hye Rin sebenarnya menyimpan perasaan pada Seung Hyun Hyeong, dan Seung Hyun Hyeong juga memiliki perasaan yang sama.
Petang, Ji Yong tiba di rumah setelah menyelesaikan urusannya dengan YG sajangnim sembari menjemput Seungri. Asrama tampak gelap seperti biasa. Ya, jika dirinya dan Seungri tak ada di asrama pasti tempat ini seketika akan berubah menjadi semacam goa.
“Seung Hyun Hyeong, kau di rumah kan?” panggil Seungri membuka pintu yang tidak dikunci.
Sedikit kedalam lagi mereka pasti bisa menemukan Hyeong mereka, merebahkan diri di atas sofa bersama dengan sebotol minuman lengkap dengan gelasnya.
“Seung Hyun Hyeong!” Seungri berseru melihat sebotol minuman itu.
Berdetik-detik kemudian, “Siapa bilang kau boleh meminum benda itu? Lusa kita uji coba rekaman!” Ji Yong mendekat dan berusaha menegurnya. Tapi percuma, Hyun berlaga seakan tak mendengar.
“Minggu depan Alive Tour Nagoya!” Seungri menambahkan. Bagi mereka, minuman keras adalah musuh karena dapat mengganggu kejernihan vokal. Benda itu adalah pantangan. Mereka sering mengingatkan satu sama lain, tetapi kali ini Seung Hyun melanggarnya.
Dengan tampang santai-santai saja Seung Hyun malah mengangkat botol besar berisi minuman itu. Sikap yang membuat Ji Yong semakin marah, “Benar-benar…!!”
Ji Yong hendak menghajar, tetapi Seungri menahannya dari belakang. “Sudah Ji Yong Hyeong, tenang!”
Dengusan khas Seung Hyun terdengar, setelah itu ia meletakkan botolnya, berdiri, dan segera pergi dari hadapan mereka berdua dengan langkah sempoyongan. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Beberapa detik kemudian Seungri mendekati botol tersebut. Gelasnya masih tampak bersih. “Dia, tidak meminumnya…”
Mendengarnya dari Seungri sikap Ji Yong langsung melunak.

Tengah malam ketika Seungri sudah tertidur pulas dan Seung Hyun sedari tadi tampak menyepi di kamarnya, Ji Yong masih terjaga. Ia sedang menengok lembar demi lembar yang telah ditekuni Hyeong tertua di grup ini selama tiga malam.
“…Keunde oneulttara jogeum talla boyeo
Yunanhi mwonka deo chagawo boyeo
Nareul boneun nunbichi dongjeonge kadeuk chaisseo ne apeseo nan jaga boyeo
Kwaehnchanheun cheogaesseo daehwah jujereul bakkwobeoryeo
Mudko shipeun mareun manheunde neon ttag jallabeoryeo
Ne gin meorin challanggeoryeo nae boreul ttaerigon seuchyeojina
Dwiidoraseon godjang kabeoryeo yeogiseo neol jabeumyeon useuwojina
Amu maldo tteooreuji anhjyo
Tteolmyeonseo neon handu balchag dwiiro
Ijen naega museopdan geu mal
Nal michike haneun neoran tal…
…Museun ili isseodo yeongwonhajago
Seulpeul ttaedo gippeul ttaedo kkeutkkaji hajago
You don’t say that tomorrow
Oneuri majimagin geotcheoreom saranghajago…”

Lirik ini, sungguh…
Hyeong menulis lirik semanis ini…
Mata Ji Yong tak henti-hentinya membaca satu per satu kata yang ditulis oleh tangan Hyun. Seperti bukan hyeong-nya saja, lirik ini begitu romantis. Tak seperti lagu-lagu mellow lain yang kebanyakan kalimat manisnya dibuat oleh Ji Yong, karena dia tau Hyun Hyeong bukanlah penulis lirik romantis yang handal.
Tapi, kali ini, Ji Yong menyesal telah meragukannya.
Hyeong, sebenarnya apa yang telah membebanimu saat ini?

——————————
Hehe, nongol lagi deh kemari ^0^
Makasih buat Unn Chanyb yang mau post kelanjutan tulisan amatir ini.
Buat pembaca FF ini, maaf ya kalo jalan ceritanya makin berlanjut makin nggak jelas, u,u
Yang udah baca, leave a comment yaa ^^V