Author : KimsKimi (@tikkixoxo_96)

Genre : Mild Romance

Length : Ficlet

Rate: G

Cast :

  • Daesung BIGBANG
  • Hyomin T-ara

Poster : as Tagged

Dis : Agak meragukan buat di post. Yakin cerita ini membosankan ._.

 

 

~Begin Again~

 

 

 

Rambut panjang bergelombang, paras wajah cantik, serta senyum menawan .  Semua pesona yang berhasil membuatku terpikat sampai sekarang. Tidak ada yang berubah darinya , dia tetap sama seperti dulu. Suka membaca novel sambil duduk menikmati secangkir Mocha Frappucinno … selera yang tidak pernah berubah.

Aku masih mengingat jelas semua tentang dia , walaupun untuk sekarang aku hanya memandanginya secara diam-diam. Persis dengan lima tahun lalu. Aku tetap menjadi ‘Secret Admirer’ dari seorang Park Hyomin. Lucu sekali kalau aku mengingat kisah diriku dulu, paling suka menaruh sebuah surat cinta secara diam-diam kedalam lokernya . Memberikan dia banyak perhatian secara tersembunyi, sampai… aku bisa dekat dengannya. Saat itulah masa paling indah, aku juga sama sekali tidak menyangka Hyomin mau datang untuk menolongku dari para brandal sekolah . Dan semenjak aku dekat dengan Hyomin, semua murid disekolah jadi mengenalku dan aku berani berinteraksi dengan banyak orang .

Ah, dia mulai bangkit . Dirapikannya rok tartan lipit Burberry  serta sweater rajut putih itu saat ia berdiri. Tangan Hyomin memasukkan novel penulis lama Barbara Cartland kedalam tasnya, dia menyesap minumannya sebelum meninggalkan meja. Bolehkah aku merasa sedikit geer ?

Karena aku sempat menangkap pandangan mata indah Hyomin , sedang melihatku sekilas. Tahukah dia , kalau aku –Kang Daesung ? Namja paling cupu, selalu di bully, dan jatuh cinta kepada gadis terpopuler disekolah , dia –Park Hyomin.

Tapi sekarang aku sudah berubah, terutama penampilan. Memang aku tidak terlalu yakin , meskipun rambutku berubah blonde atau gayaku seperti artis , tetap saja dia bisa mengenal mata sipitku ini. Hyomin bilang , tidak akan pernah melupakan ciri khas ku ini. Ciri khas ? Sebenarnya juga lucu sekali kalau dibilang begitu, padahal masih banyak pria Korea diluar sana yang punya mata seperti ini, bukan cuma aku.

Hati kecilku terus meraung , ingin sekali pergi mengikuti kemana Hyomin pergi. Antara iya atau tidak, aku sendiri juga bingung. Rasa pengecutku masih terlalu besar, aku takut dia tidak ingin bertemu denganku setelah kejadian dipendakian gunung dulu. Memang tidak ada masalah besar diantara kami, tapi mungkin saja rasa malu diantara kami berdua, ada.

Ikuti, tidak, ikuti, tidak, ikuti ?

Ah, tidak ! Jangan, aku tak boleh mengikutinya. Aku tidak mau semuanya terulang lagi, mungkin.

_____

Dia melangkahkan kakinya masuk kedalam sebuah gereja tua, cukup jauh memang dari café.  Dan juga, aku tidak tahu kenapa kakiku bisa sampai di perempatan jalan masuk kedalam gereja tua ini. Apa aku sudah berani bertemu dengannya –Hyomin. Aku ikut pergi kedalam, kulihat ia sedang duduk dibangku barisan kedua sebelah kiri sambil memegang alkitab ditangannya. Kepalanya memakai sebuah tudung putih, dia terlihat sangat khusyuk. Sedangkan aku memilih duduk tepat dibelakang Hyomin, sambil merapatkan kedua tangan dan ikut berdo’a.

Terhitung hari ini, aku kembali memasuki tempatku biasa beribadah. Semenjak aku pergi sekolah di Itali samasekali aku tidak pernah pergi ke gereja di Itali, meski aku tahu negara asal Pizza itu sangat kental akan agama Kristen Katoliknya. Ternyata beruntung juga aku mengikuti Hyomin, disamping ingin bertemu kembali dengan ia, aku bisa sekalian beribadah lagi.

“Berapa lama kita tidak berjumpa ?”

Sebuah pertanyaan kudengar terlontar dari mulut seorang wanita. Aku kenal suaranya, suara yang sangat aku rindukan untuk mendengarnya. Tapi, kepalaku masih enggan untuk mengangkat agar bisa melihat wajah cantiknya.

“Aku tahu itu kau. Aku tahu kau mengikutiku, aku tahu Kang Daesung.”

Mata kami saling bertemu, dia duduk tepat disebelahku. Senyum indah terhias di wajah Hyomin. Dugaanku salah, Hyomin tidak takut bertemu denganku, karena aku bisa melihat senyuman itu secara tulus darinya. Jika ia tidak mau bertemu, tidak mungkin dia mengambil tempat duduk disampingku, lalu mengajakku bicara.

“H–hai.. Park Hyomin, b–bagaimana kabarmu ?” tanyaku terbata-bata .

Delapan tahun setelah kami tidak pernah berjumpa, melakukan kontak apapun. Dan sekarang, aku kembali menyapa ia dengan perasaan canggung.

Hyomin meninju pelan bahuku, tawanya membuat ku sedikit nyaman. “Kau tidak pernah berubah . Sama saja seperti dulu, aku kira setelah kita lama tak bertemu kau akan berubah jadi keren, ternyata…”

“Apa ?”

“I don’t know too..” ucap Hyomin mengendikkan bahunya.

“Aish, kita ternyata yang sama.”

“Benarkah ? Tunjukkan buktinya padaku.”

“Ssst !” Seorang wanita tua mengisyaratkan kami untuk diam. Aku dan Hyomin saling bertukar pandang, kami terkekeh namun segera keluar dari gereja.

“Jadi bagaimana ?” Hyomin bertanya lagi, dia memimpin ku berjalan sampai ke sebuah bangku taman didepan pohon maple tua. Aku langsung membersihkan timbunan salju di bangku itu, dan mempersilahkan Hyomin duduk. “Sedikit perubahan.”

“Apa ?”

Kepala berambut coklat kemerahan itu menggeleng, “Tidak, hanya coba mencari beberapa perubahan yang ada di diri seorang Kang Daesung. Menurutmu bagaimana ?”

“Haha.. Asal kau tahu saja, aku banyak berubah. Tidak lihat ini ?” jariku kemudian menunjuk rambut kuning bleach ini.

“Ok, aku menyerah. Kau memang sudah berubah. Kapan kau kembali dari Itali ?”

“Belum lama. Aku baru disini sekitar dua hari. Kau sendiri, kapan kembali dari Manhattan ? Bagaimana karir mu disana ?” Aku balik menanyai Hyomin.

Delapan tahun bukanlah waktu yang singkat, terlebih sebenarnya kami berdua telah mengorbankan perasaan kami selama delapan tahun itu. Pertemuan terakhir di pendakian adalah momen paling mengesankan, karena bagaimanapun disitulah kami menyatakan perasaan kami. Namun sayangnya, itu juga adalah hari dimana aku dan Hyomin harus bisa melupakan kejadian konyol yang sama sekali tidak mungkin tercapai. Kami sahabat, dan tidak mungkin ada cinta diantara kami. Setidaknya itulah persepsi aku dan Hyomin, waktu itu menjadi sulit karena kami juga sadar akan meninggalkan satu sama lain dalam waktu panjang. Hyomin pergi melanjutkan bisnis fashion keluarganya di Manhattan, sementara aku, ayahku telah menyiapkan studi lanjutanku di Itali.

Saat kami ungkapkan cinta. Saat itulah kami berpisah.

“Kita bertemu sekarang, hanya sebuah kebetulan ‘kan ?”

Jari telunjukku bergoyang dihadapan wajahnya. “Menurutmu begitu ?” . Aku bangkit lalu berputar kecil, “Tuhan itu baik. Ini salah satu buktinya. Kau dan aku mungkin sengaja dipertemukan kembali, karena kita sudah lama sekali tidak bertemu, dan melakukan komunikasi apapun. Dan secara tiba-tiba, kita punya impian kembali lagi kesini. Aku bertaruh, kau pasti rindu menikmati suasana di kafe kesukaanmu itu. Sebenarnya aku cuma mengikuti instingku saja, lalu aku melihatmu lagi. Orang yang aku rindukan selama delapan tahun ini.”

“Yeah..kupikir ini yang namanya jodoh. Kita selalu punya pemikiran yang sama dalam hal apapun.”

Tangan kami menggenggam satu sama lain. Mata kami saling memandang sambil tersenyum tulus, berakhir sudah penantian kami . Butiran-butiran  salju putih itu turun menghujani kami berdua, persis ketika aku dan Hyomin menyatakan perasaan kami, bedanya saat itu bukan hujan salju melainkan hujan gerimis.

“Bisa kita mulai cerita cinta ini lagi ?”

-To Be Co Their past story : Hide My Love-

Note : Finally.. *mulai ngantuk*

Well, agak aneh sih sebenernya.. Ini itu sebuah cerita masa sekarang mereka. Tapi aku malah nge post duluan.. karena yang masa lalunya belum dibikin #what .. Hehe.. tapi itulah kenyataannya. Oh ya, aku baru inget masih ada utang dua ff chapter lagi kan ? ._. , hm.. baiklah bakal ngerjain itu juga selama liburan panjang cuma seminggu ini #ngek #malahcurhat

Daesung-Hyomin ? Haha.. Unofficial couple yang paling aku sangat restui.. #don’tbash -_- .

Baiklah sampai jumpa semuanya..di tahun 2013 mendatang ^o^/ #hola