4689754002_04aa4b041f_z

Title     : Missing You

Author : Ms. Yongyong

Cast     :

  • Kwon Ji Yong
  • Park Hae Yong (You)
  • Other

Genre  : Romance, Oneshoot

Twitter : @diina_mp

A/N      : Annyeong reader. Ms yongyong kembali lagi dengan ff gaje lainnya yang siap mengisi hati reader sekalian dengan perasaan galau (?). sebenarnya f ini udah lumayan lama sih. Hanya saja baru saya kirim buat mengurangi rasa penasaran reader sama ff baby..baby.. ch 7. Ff itu mungkin bakalan lumayan lama karna saya lagi kehabisan ide. Bingung mau bikin apa lagi hehehe. Semoga ff ini bisa sedikit membantu hahaha 😀

FF ini sayabuatsebagaipermintaanmaafkarenaffbaby..baby ch.7 nyamasihbelumkelar-kelarjugasampaisekarang. Ada sedikitmasalahsmaimajinasisaya, jadiceritanyamasihbelum pas. Maafbangetya reader. Semogaffinibisasedikitmegurangi rasa rindu (?) reader sekaliansamaff baby baby. Hehe. Happy reading ^^ Dan jangan lupa di komen yaa reader ^^

 

Kwon Ji Yong

Aku mencintainya. Sangat. Dan aku selalu mencintainya. Hingga detik ini. Tak sedikitpun perasaan itu berubah. Aku merindukannya. Bahkan di setiap hembusan napasku, aku merindukannya. Tak sekalipun benakku kehilangan memori tentangnya. Betapa indahnya ia. Betapa tulus cintanya. Dan betapa lembut hatinya. Tak sekalipun terlintas keinginan untuk menyakitinya. Namun, aku melakukannya. Tanpa niat, aku melukainya. Begitu dalam.

Author’s Side…

Ji Yong menyambar asal sebuah hoodie, kaca mata hitam dan topi dari lemarinya. Ia ingin keluar pagi ini. Mencari udara segar dan menyegarkan otak. Dengan begitu teliti ia mengenakan perlengkapan penyamarannya itu agar kemungkinan keberadaannya akan diketahui oleh fans semakin kecil. Ia benar-benar ingin memakai waktu senggangnya hari itu dengan bermain-main di luar seharian, karena beberapa hari lagi ia akan mulai disibukkan dengan comeback solonya. Lagipula ia memang sudah berniat ingin mengunjungi sebuah tempat yang beberapa hari ini selalu terlintas di benaknya. Sebuah tempat penuh kenangan yang menjadi saksi bisu kisah cintanya bersama seorang yeoja. Sebuah tempat yang sudah lebih dari sepuluh tahun tak lagi dikunjunginya.

Namja itu memasang topi kupluknya untuk menutupi rambut warna-warninya dan menarik tudung hoodienya hingga menutupi mata. Dengan harapan tak akan ada yang menyadari siapa dirinya, Ji Yong keluar dari mobilnya dan melangkah mendekati bangunan taman kanak-kanak itu. Sekolah itu tampak sangat berbeda dari yang terakhir kali dilihatnya. Yang pasti kini lebih besar dan wahana permainan muridnya lebih beragam. Dengan degupan jantung yang semakin cepat, ia meneruskan langkah. Semakin dekat dan semakin dekat dengan gerbang bangunan itu. Di setiap kedipan mata ia memandangi dan meneliti tempat itu. Membuat tak jarang ia ditabrak atau bahkan didorong murid-murid TK yang mulai berdatangan.

“Ajussi, kakimu begitu panjang tapi kenapa jalanmu lamban? Seperti kura-kuraku saja.”

Ji Yong menoleh. Ia mendapati seorang bocah laki-laki tengah berdiri di belakangnya dengan tatapan merendahkan. Dan itu sukses membuat Ji Yong tersinggung. Belum pernah ada orang yang berani mencercanya terang-terangan seperti itu.

“Kau jangan menghalangi jalan! Kau bisa membuat banyak murid terlambat, ajussi kura-kura!” tandasnya lagi seraya melangkah santai meninggalkan Ji Yong yang tengah dilanda ‘shock’ yang mendalam.

Ji Yong masih menatap kepergian bocah kecil itu dengan tatapan dingin. Ia terluka saat ini. Bocah itu benar-benar membuatnya merasa terhina. Ada apa dengan bocah-bocah zaman sekarang? Kenapa mereka begitu berani dan tidak sopan?

Mencoba melupakan insiden dengan bocah itu, Ji Yong kembali melanjutkan langkahnya. Memasuki gerbang warna warni itu, dan duduk di sebuah kursi di taman bermainnya. Matanya bergerak meneliti beberap hal. Mencoba mencari apa saja yang belum berubah dari tempat itu. Dan ia menemukannya. Sebuah perosotan batu yang tampak sudah tua dan tak dipakai. Rasa penasaran menggelitik relung Ji Yong, membuat sepasang kakinya melangkah mendekati benda itu. Dan… Jantung Ji Yong serasa berhenti berfungsi untuk beberapa detik saat kedua retinanya menangkap sesosok wanita cantik yang tengah duduk di ujung perosotan batu itu.Hae Yong-ah, hatinya menjerit menyerukan nama yeoja itu.

Tak ada yang berubah darinya. Ia tetap cantik, sederhana dan mempesona. Ji Yong melangkah mendekat. Bersembunyi di balik sebuah perosotan lain yang memungkinkannya untuk melepas kerinduan akan yeoja itu tanpa harus bertemu langsung dengannya. Ji Yong memang belum siap untuk bertemu dengan Hae Yong. Ia belum siap jika harus menerima kenyataan buruk bahwa yeoja itu membencinya setelah apa yang terjadi.

“Nona Park, apa yang kau lakukan di situ?”

Suara itu. Ji Yong melongokkan kepalanya agar dapat memastikan si pemilik suara cempreng itu. Dan benar saja. Bocah itu lagi. Ia berlari-lari kecil mendekati Hae Yong yang tengah duduk di perosotan. Mereka terlihat begitu akrab. Bocah itu bahkan bicara sembari memain-mainkan rambut ikal Hae Yong. Membuat hati Ji Yong menghangat, menyadari bahwa Hae Yong tetap sangat menyukai anak-anak. Seperti dulu.

“Apakah kita akan belajar di luar?” tanya bocah itu tanpa antusias.

Yeoja itu menggeleng. “Kita akan belajar di kelas seperti biasa, Joon-ah.” Jawabnya lembut.

“Ah, tidak seru. Aku bosan selalu di kelas, Nona Park.” Ia merengek manja. Membuat senyuman yang begitu manis mengemban di bibir Hae Yong.

“Di sini dingin. Kau bisa masuk angin.”

Bocah itu memanyunkan mulutnya dan memalingkan wajah. Merajuk.

Ji Yong yang begitu asyik memperhatikan kedua orang itu tak sadar bahwa setengah badannya tak lagi tersembunyi oleh perosotan itu. Ia terus saja menatap dengan pandangan menerawang. Hingga sebuah teriakan menyadarkannya.

“Ajussi kura-kura!”

Deg. Ji Yong tersentak. Tepat sebelum Hae Yong menyadari keberadaannya, ia melangkah cepat meninggalkan tempat itu.

**Missing U**

“Apa kau masih ingat dengan Park Hae Yong?” tanya Ji Yong pada noonanya itu ketika mereka hanya berdua di ruang keluarga.

Dami menoleh cepat ke arah Ji Yong. Ini pertama kali setelah sepuluh tahun adiknya itu tak ingin menyinggung perihal Park Hae Yong. Mengejutkan. “Masih. Wae?”

“Aku melihatnya.”

“Jinjja? Eodie?” Dami mencoba untuk tetap tenang. Tak ingin antusiasmenya menyurutkan keinginan Ji Yong untuk membahas topik itu.

“Pagi ini. Di taman kanak-kanak itu.”

“Lalu? Apa yang kalian bicarakan?” Dami yang semakin antusias berusaha keras agar adiknya itu mau bercerita lebih panjang.

“Tak ada.” Ji Yong menggeleng lemah. “Aku hanya melihatnya sambil bersembunyi.”

“Wae?”

“Aku takut, noona-ya. Aku takut jika Hae Yong membenciku setelah hari itu.” Namja tampan itu menunduk lesu.

“Geurae? Dan kau akan selalu memperhatikannya sembunyi-sembunyi seperti seorang stalker, begitu?”

Ji Yong diam. Ia tak tau harus bagaimana. Rasa bersalah dan takut membuat otaknya seketika buntu.

“Temui dia, Ji! Setidaknya setelah itu kau mendapatkan kepastian apakah ia benar-benar membencimu atau malah tidak sama sekali.” Ujar dami mencoba memberi pengertian, berharap adiknya itu akan berubah pikiran.

“Aku belum memiliki keberanian sebesar itu, noona-ya. Aku takut menerima kenyataan bahwa dia membenciku sementara aku masih sangat mencintainya.”

Dami menghela napas dalam. Ia tau, ini pasti akan sulit bagi  Ji Yong. Namja itu telah menorehkan luka mendalam di hati yeoja yang ia cintai, dan tak akan mudah menyelesaikan hal itu jika ia tiba-tiba datang seperti saat ini. Tapi ia juga tak ingin melihat Ji Yong menyiksa dirinya dengan kesimpulan bahwa yeoja itu telah membencinya tanpa mengetahui kebenaran dari kesimpulan itu. “Aku hanya menyarankan, Ji. Semua keputusan ada di tanganmu. Tapi akan lebih baik jika kau menerima saranku. Setidaknya, jika ia benar-benar membencimu, kau bisa menjalani hidupmu dengan lebih tenang.” Tambah Dami sebelum bangkit dari duduknya dan melangkah meninggalkan Ji Yong. Memberi kesempatan pada adik kesayangannya itu untuk merenung tanpa tekanan.

“Aku takut ia membenciku karena aku mencampakkannya. Aku tak akan memaafkan diriku jika itu terjadi, noona.” Gumamnya sendu.

**Ms.G**

 

Park Hae Yong’s side…

Aku menatap layar TV ku tanpa berkedip. Mungkin mataku akan kering setelah ini. Aku tengah melihatnya. Melihat namja itu tengah membawakan lagu barunya dengan begitu semangat. Dia terlihat bahagia. Pasti. Ia telah mendapatkan apa yang dicita-citakannya, mana mungkin tidak bahagia. Ia bahkan akan sangat disibukkan dengan comeback solonya sepanjang tahun ini -selain kegiatan dengan Big Bang tentunya. Dan aku yakin, ia akan sangat bahagia dengan kesibukannya itu.Mengingat apa yang terjadi di tahun lalu, aku yakin, semua VIP akan sangat bahagia dengan apa yang mereka persembahkan di tahun ini. Aku yang bukan VIP saja sangat bahagia saat mendengar kabar bahwa Big Bang comeback tahun ini. Terlebih dengan comeback solo sang leader. Aku sangat menyukai musik mereka dan si pembuatnya tentu saja. Aku bahkan selalu mengikuti perkembangan dan menyaksikan semua performa mereka yang tayang di TV. Mereka sudah sangat sukses saat ini -menurutku- mengingat apa yang telah mereka alami selama masa trainee dan awal debut mereka. Menjadi sebuah grup yang datang dengan musik yang ‘berbeda’ bukanlah perkara yang mudah. Dan mereka bisa mengatasi itu, hingga membuat mereka begitu kuat saat ini.

Aku kembali memfokuskan pikiranku pada siaran TV. Dia, Kwon Ji Yong yang sangat berbeda dengan yang kukenal dulu. Seorang namja tampan, musisi yang handal, penyanyi yang terkenal, leader yang membanggakan, si jenius musik yang mengagumkan. Semua yang diinginkan telah berhasil diraihnya hingga saat ini. Dia bukan lagi seorang remaja cungkring yang bermimpi menjadi musisi hebat seperti dulu. Dia bukan lagi seorang murid biasa yang suka menciptakan lagu untuk beberapa acara sekolah. Dan tentu saja dia bukan lagi seorang namja yang mencintaiku. Entah kenapa aku selalu bermimpi apa yang dulu terjadi diantara kami terulang kembali. Mustahil, pasti. Semuanya telah berakhir sejak sepuluh tahun yang lalu. Sejak namja itu memintaku untuk melupakannya agar ia dapat lebih fokus pada traineenya. Dan aku melakukannya. Dengan luka yang begitu dalam aku mengabulkan permintaannya. Aku terlalu mencintainya untuk menolak hal itu. Bukankah cinta tak hanya perkara selalu bersama? Cinta jauh lebih luas dari itu. Bagiku, dengan melepaskannya adalah salah satu bentuk rasa cintaku padanya. Asalkan namja itu bahagia, aku akan tersenyum walaupun relungku terluka dalam.

Ting…Tong…

Aku tersentak. Bel apartemenku berdenting nyaring, menyadarkanku dari lamunan ‘indah’ku. Tanpa semangat aku bangkit,  melangkah mendekati pintu dan membukanya perlahan. Tak seorangpun ada di depan pintu apartmentku. Aku menghela napas dalam dan menarik kembali handel pintuku. Tepat sebelum aku benar-benar menutup pintu itu, sebuah suara lirihmenghentikan gerakanku. Sebuah suara yang sangat kukenal.

“Yongi-ah…”

**Ms.G**

 

Author’s Side

Yeoja itu berdiri terpaku. Panggilan itu adalah panggilan spesial dari Ji Yong, dan tak ada orang lain yang memanggilnya seperti itu. Dia tak lagi mampu menahan sesak di dadanya. Buliran bening itu mulai mengaliri wajah indahnya. Ia menangis. Semakin lama tangisan itu terdengar semakin lirih. Semuanya terjadi begitu cepat, kini Ji Yong telah berada tepat di depannya. Cepat diraihnya tubuh mungil yang berguncang menahan isakan itu ke dalam pelukannya. Mendekapnya erat, hangat. Hatinya menjerit lirih dalam setiap tetesan air mata Hae Yong. Ia terluka jika yeoja itu terluka.

“Mianhae, Yongi-ah… mianhae…” lirih Ji Yong nyaris tak terdengar.

Yeoja itu masih tetap menangis sesenggukan.

“Maaf karna aku melukaimu.”

Tiba-tiba tubuh itu meronta dan terlepas dari dekapan Ji Yong. Ia mundur teratur menjauhi Ji Yong. Takut. Ia takut jika hatinya luluh dan kembali merasakan sakit itu. “Ani, Kwon Ji Yong-ssi! Kau tak perlu meminta maaf! Aku sudah melupakan semuanya!” katanya di sela isakan tangis yang masih belum berkurang.

Ji Yong terenyak. Tak pernah sekalipun Hae Yong memanggilnya seperti itu sebelumnya. Dan itu melukai egonya. “Jangan pernah memanggilku seperti itu, Yongi-ah!”

“Aku bukan siapa-siapamu lagi. Aku tak berhak bersikap informal padamu. Aku masih tau sopan santun, Ji Yong-ssi!”

Ji Yong manatap yeoja itu dingin. Perlahan langkah kakinya mendekat ke arah Hae Yong. Terus hingga yeoja itu tersudut di dinding. “Sudah kubilang, berhenti memanggilku seperti itu. Aku tau kau masih mencintaiku, Paek Hae Yong!”

“Ani! Aku tidak mencintaimu. Aku membencimu, Kwon Ji Yong! Pergi sekarang juga sebelum aku berteriak!”

“Berteriaklah jika kau mampu! Aku tau kau tak akan melakukan itu. Dan apakah menonton siaran comeback ku adalah satu bentuk realisasi rasa bencimu padaku, nona?” Ji Yong menyeringai meremehkan. Merasa menang. Ia tau betul apa yang tengah dilakukan yeoja itu. menyaksikan performanya di TV.

“Pergi! Kumohon pergi! Hidupku sudah sangat bahagia selama ini. Jangan rusak hidupku lagi, Ji…” lirih yeoja itu lemah.

Kembali Ji Yong meraih tubuh itu dan mendekapnya erat. Menghiraukan rontaan-rontaan lemah yeoja itu. “Saranghae, Yongi-ah. Maaf karena aku melukaimu. Sungguh, aku masih mencintaimu. Sangat mencintaimu. Hingga detik ini, Yongi-ah..”

“Ani! Aku tidak mencintaimu, Ji Yong-ssi! Hatiku mati, kau tau!” dusta Hae Yong ditengah tangisannya.

“Berhenti berbohong, Hae Yong-ah! Berhenti menyiksa dirimu! Aku tau kau masih sangat mencintaiku!” bentak Ji Yong marah.

Hae Yong kembali meronta kuat hingga terlepas dari rengkuhan Ji Yong. Dengan mata basahnya, ia menatap Ji Yong tajam. “Kau bukan siapa-siapaku, Kwon Ji Yong-ssi! Jangan pernah beranggapan bahwa kau tau segala tentangku! Kehadiranmu hanya akan membawa luka di hatiku!” tandasnya.

Bagai sebuah tamparan keras yang mengenai pipi halusnya, kata-kata Hae Yong terasa begitu menyakitkan. Membuatnya seolah merasakan sakit macam apa yang gadis itu rasakan dulu. Relungnya menjerit. Ingin rasanya melakukan segala cara untuk menyembuhkan luka itu. Namun ia sadar, dirinya tak lagi memiliki hak untuk hal itu. luka itu terlalu dalam. Berada di dekat Hae Yong mungkin hanya akan semakin membuatnya terluka. Dan ia tak ingin melakukan hal itu lagi. Ia begitu mencintai Hae Yong. Bukankah cinta tak hanya perkara selalu bersama? Cinta yang dimiliki Ji Yong tidak sepicik itu. cintanya terlalu dalam untuk menarik kesimpulan itu. apapun akan dilakukannya demi kebahagiaan Hae Yong. Tak terkecuali menyiksa dirinya sendiri dengan terus menjauhi gadis itu.

“Selamat tinggal, Yongie-ah… maaf karena aku menyakitimu selama ini… Saranghae…”

END