ttttttttr

Title : A Child?

Author : Atikpiece

Cast :

–          Shin Rahyun (OC)

–          Choi Seunghyun (BIGBANG)

Genre : I don’t know ._.

Rating : G

Length : Ficlet

A/N : Ini FF lama (banget) dan tercipta sebelum aku bener-bener masuk ke dunia FF -_-v Dimohon bacanya pelan-pelan aja dan dihayati, jangan ngebut-ngebut kayak dikejar satpam, oke? ^^b

.

.

.

Aku suka anak kecil sepertimu. Dan aku tidak menyesal sedikitpun mengatakannya padamu…

.

.

.

Hujan…

Batinku saat kutatap butiran air itu berjatuhan, laksana bunyi senapan yang menderu di medan perang.

Aku memandangi satu persatu dari mereka menitik di jendela. Kemudian kualihkan arah mataku pada pekarangan rumahku yang basah, menghirup sedemikian rupa aroma hujan yang sangat aku sukai.

Keadaan seperti inilah,

Yang menimbulkan siratan satu kenangan kecil yang selalu terbesit dalam benakku ketika hujan.

Walaupun aku menghalalkan segala cara untuk melupakannya, namun selayaknya sebuah misteri.

Ingatan itu selalu muncul tanpa diminta. Seolah datang diluar dugaan, hingga membuatku penasaran dan terus bertanya-tanya.

Aigo! Rahyun-ah, kau basah kuyup!”

Kalimat pertama yang dia ucapkan padaku menyerbu terlebih dahulu, menyita akal sehatku untuk melamunkan hal lain.

Aku tersenyum kecil, mengingat posisiku saat itu—berjongkok seraya memeluk tubuhku yang menggigil. Bibirku bergetar menahan suhu dingin kala itu.

“Kau kenapa? Apa yang terjadi?”

Aku menengadahkan wajahku dan bisa kulihat jelas paras tampannya yang berada di bawah payung birunya. Lalu aku mencoba bergumam, “Itu… aku…”

Belum sempat kujawab, manik matanya sudah menangkap rantai sepedaku yang lepas dari posisi semula. Disertai barang kebutuhanku yang basah dan berserakan di jalan.

“Kau habis jatuh?”

Dengan ragu aku mengangguk pelan.

Jinjja?” gumamnya panik seiring dengan derap langkah mendekat lalu melihat kedua lututku yang ternyata sudah lecet. Aku baru sadar dan sakitnya mulai terasa ketika jemarinya menyentuh lututku. Rasa nyeri yang kudapati semakin menjalari tubuhku.

Ketika desahanku mulai menggelitik, dia buru-buru mengangkat tangannya. “Eh—maafkan aku.”

“Tidak apa-apa…”

Sekali lagi aku menatap iris coklat caramelnya, seakan dia tengah menatapku dalam, menusuk hatiku bagai jarum. Wajahku memanas seketika, namun dengan cepat aku mengalihkan pandangan.

Tidak, tidak, tidak ada waktu untuk bertatap muka seperti itu.

Ini bencana.

Lalu, bagaimana sekarang?

Aku bingung bercampur gelisah. Sudah dua kali ini aku menggigit bagian bawah bibirku, disusul guratan kecil di keningku, berusaha berpikir dengan apa aku bisa pulang. Melihat properti yang kumiliki sudah rusak berat di depan mataku membuat harapan itu musnah dalam sekejap.

“Kuantar pulang, ya.”

Suara berat milik tetanggaku itu kembali menyambut telingaku. Kulihat seulas senyum itu tersungging, nampak tulus dan menghangatkan. Aku merasakannya sejenak tapi di detik kemudian aku langsung panik.

“Tidak apa-apa, Seunghyun-ssi. Aku bisa sendiri.”

“Aku yakin dengan lutut lecet seperti itu kau tidak akan bisa berjalan dengan leluasa. Kau mau berjalan terseok-seok sementara jarak dari sini sampai rumahmu masih 50 meter lagi?”

“Tapi—tapi…”

Sebelum aku menyelesaikan kata-kataku, dia sudah mengangkat tubuhku, menggendongku di punggungnya—usai melipat payung yang baru saja dia gunakan. Meskipun aku sudah mengenalnya sejak lama tapi rasa canggung itu lagi-lagi menyelimuti kami.

Dan apa yang kulihat…

Dia juga basah kuyup, dengan butiran air menggenang di sela-sela anak rambutnya. Kurasakan tubuhnya jadi ikut menggigil. Dalam hati aku benar-benar minta maaf karena tidak seharusnya dia bertindak sejauh ini demi aku. Kalau perlu, aku bisa memegangkan payungnya untuk berdua.

Tapi aku malu bilang padanya.

“A—Maafkan aku, Seunghyun-ssi…”

“Apa? Kau mengatakan sesuatu?” teriaknya karena dia tidak mendengar apa yang kukatakan sebab ditelan oleh bunyi derasnya hujan.

“Ti—tidak apa-apa… maksudku…” Aku terdiam sejenak. “Bagaimana dengan sepedaku?”

“Ah, tidak perlu khawatir, aku akan memberitahu ibumu nanti.”

Lalu aku terdiam cukup lama.

“Kalau perlu, aku akan membelikanmu yang baru.”

Aku hanya tertawa masam. Dia pasti bercanda—aku tahu. Meski begitu dia sama sekali tidak peduli dan terus berjalan menembus hujan. Tapi semakin lama, aku semakin merasakan hal yang aneh.

Di sisi jalanan yang kami lewati, aku melihat beberapa orang tengah berteduh, menunggu sampai hujannya berhenti.

Namun tidak dengan kami.

Kami terus saja berjalan, mengabaikan sepasang dua pasang mata yang kini tak lepas dari aku dan Seunghyun. Disisi lain ada yang berbisik tengah membicarakan kami. Sebenarnya aku peka akan semua itu. Tapi, yah, tak apa. Kurasa aku bisa menganggap diriku—maksudnya—diri kami bodoh.

“Jangan pedulikan mereka…”

“Aku tahu.” Jawabku ketus.

Dia tersenyum lalu berdeham. “Oh iya. Kalau setelah ini terjadi sesuatu padamu, biar aku yang bertanggung jawab.”

Ya ampun, walaupun saat ini dingin benar-benar menggerayangi tubuhku, tapi kali ini wajahku malah terasa panas. “A—Apa?”

Aku bisa mendengar dia tertawa renyah. “Kalau kau sakit, biar aku yang merawatmu. Kalau lukamu belum sembuh juga, secepatnya aku akan membawamu ke rumah sakit.”

“Rumah sakit? Tidak, Seunghyun-ssi! Tidak mau!”

Sejenak dia menutup telinga kanannya karena aku berteriak, kemudian dia bertanya, “Kenapa?”

“…aku tidak suka baunya.”

Apa? Karena bau? … Jawaban paling abstrak yang pernah kulontarkan. Ugh! Shin Rahyun pabo!

“Astaga, kau ini.” Gumam pria itu seraya tertawa. “Dasar anak kecil.”

Aku mendesah jengkel. Seorang gadis dengan tinggi 160 cm ini apa masih pantas dibilang anak kecil? gerutuku dalam hati.

“Tapi…bukan begitu maksudku.“ Katanya tiba-tiba. “Dari segi fisik kau memang lebih kecil dariku tapi dilain pihak…”

Dia berhenti sejenak, membuatku penasaran dengan apa yang akan dia katakan.

“…aku sudah sadar akan hal ini, sejak awal.”

Aku masih menunggu bagaimana kelanjutannya.

Namun setelah itu, entah jantungku rasanya seperti berhenti berdegup

Usai ia mengatakan :

Aku suka anak kecil sepertimu. Dan aku tidak menyesal sedikitpun mengatakannya padamu.”

Aku menyukaimu…

FIN

 

Ya, Ini Ficlet paling aneh dan jelek yang pernah aku buat deh kayaknya-,- aku yakin pasti jalan ceritanya gaje gila + kecepetan BANGET!. Nggak tahu. Mungkin karena efek writer’s block yang sedang melandaku hiks T^T

Yep, untuk kali ini, aku nggak maksa readers buat komen, jadi terserah readers mau komen apa nggak ^^